6 Mar 2007

Purnama di Dermaga Hanura.


Akhir pekan dan Akhir bulan.
kombinasi dua kondisi yang kurang mengenakan. Namun kesenangan tidak selalu berbanding lurus dengan jumlah yang dikeluarkan. Dengan bermodal sebungkus rokok dan dua gelas kopi, akhir pekan ini habis bersama purnama di atas dermaga Hanura.

Niat awal nge-camp di pulau harus rela untuk kembali ditunda. Perjalanan harus berhenti di dermaga Hanura mengingat dan menimbang keperluan logistik tidak memadai, daripada menjadi ganjalan dalam menghabiskan malam.

Perjalanannya sendiri berawal dari sore yang kusam di pelelangan ikan Lempasing. Riuh rendah pedagang menawarkan ikan ikan segar yang berjajar dirapihrapihkan di Lapak. Anyir tidak sekali kali menyurutkan aktivitas di pinggiran teluk Lampung tersebut. Di sisi lain, Hiu 204, kapal pengawas perairan Direktorat Jendral Kelautan bersandar di kelimun pemancing.
Akhirnya petang datang. Tiga bungkus ikan segar hasil pertukaran dengan selembar limapuluhribuan dibawa ke Hanura.

Perjalanan berlanjut. Tarikan 'nafas' mesin tua Honda Grand meraung diiringi adzhan maghrib. Rute Lempasing-Hanura memang bukan favorit pemakai jalan. Apalagi Sabtu sore, ruas jalan yang hanya (kurang lebih) 3 meter dipenuhi pengendara asal perkotaan yang hendak plesir.
Sepanjang jalan memang banyak terdapat pantai yang terbuka untuk umum. Dengan pengelolaan seadanya dan tarif ala kadar, pengunjung bisa berasyikmasyuk dan melepaskan penat selama satu minggu penuh di situ. Pengendara buta tetap melaju. walaupun malam hitam telah tertimpa di kepala, meski tanpa penerangan, Motor tua ini tetap meliuk di tiap tikungan. Hingga dermaga.

Dermaga itu sendiri sebenarnya milik Balai Budidaya Laut Provinsi Lampung. Terletak di desa TransAD Hanura, Lampung Selatan, di kaki bukit Petar, di sebuah teluk kecil dikelilingi perbukitan Petar dan Cilimus. Dahulu memang dibuka untuk umum. Namun faktor 'ketidaksadaran' pengunjung membuat akses menjadi terbatas. Seharihari digunakan oleh pekerja Dinas Perikanan untuk menyeberang ke pulau tempat keramba pembiakan bermacam krapu yang dibudidayakan. di pulau itu juga terdapat budidaya mutiara milik pengusaha Jepang. Pulau tersebut yang tadinya merupakan tujuan awal.

Teluk kecil itu memang terawat. Intensitas cahaya matahari di kedalaman 4-20 meter menjadikan hamparan itu biru Ruby di siang hari. Namun malam 14 Kliwon menjadikan malam tidak begitu gelap. Purnama selalu muncul di paruh bulan penanggalan Jawa. Seorang teman yang pegawai sana, membikin akses begitu mudah.

Dengan seorang teman, dua gelas kopi, sebungkus rokok dan sebulatan purnama, malam pun dilewati.

0 komentar: