28 Nov 2006

Epilog satu : Cadaver Corporated


Setelah gendang pendengaran menerima begitu saja fals-nya harmonisasi antara seni dan selera pasar, setelah kematian rock n roll dan heavy metal, dan sesudah mandi sebelum makan siang, sebuah ide tiba tiba meletup di kepala untuk membuat bunyi bunyian sendiri.  Sebagai alternatif dari kesumbangan kesumbangan tersebut maka lahirlah Cadaver.Corp awal Juli 2005 lalu.

 Kenapa mayat?
Cadaver Corporation atau Cadaver Corp, terjemahan bebasnya korporasi mayat (gak ada di Miriam Webster :P). Mayat, dead body, atau mahluk tak bernyawa sangat tepat untuk menggambarkan tipikal kebanyakan manusia masakini, jasmaniah namun tiada ruh. Semenjak perjalanan evolusi dari pra mula bipedal  hingga keadaan sekarang ini, manusia selalu disibukkan dengan, aktivitas berfikir, rutinitas sosial serta memahat menara gadingnya masing masing tanpa mempedulikan apa yang terjadi pada jiwanya. Tak menyadari bahwa spesiesnya sudah menggapai angka enam miliar komposisi antara Lactobacilus menguntungkan dan kanker yang menggerogoti bumi (:P)  Dan sekarang banyak cadaver diperjual belikan untuk penelitian mahasiswa kedokteran, demi kemajuan ilmu pengetahuan. (Cukup deh intronya...)

 Nah daripada diperjualbelikan untuk penelitian penyakit kutil, beberapa mayat sepakat membentuk sebuah korporasi yang mereka juga bingung bakal bergerak dibidang apa?

Di bisnis bencana sudah ada korporasi yang menguasai, pada jual beli senjata hingga jual lendir bubur ayam kampus juga sudah ada jagonya.

Setelah kebingungan cari tema,  akhirnya mereka sepakat untuk membentuk sebuah band,  mengingat apa yang dilakukan nenek moyang mereka di era Paleolithic yang memukul mukul tengkorak Mammoth dengan kapak perimbas hingga menghasilkan bunyi bunyian demi mengusir kebosanan seusai berburu dan bercinta.

Namun kini mereka masih kebingungan karena diburu waktu dan tidak ada lagi waktu untuk berburu. Tiada waktu bercinta, namun mereka tetap mencintai dan menghargai waktu. Dan tidak ada lagi tengkorak mammoth untuk dipukuli. Akhirnya mereka sepakat menggunakan software computer untuk menghasilkan musik.  gitu deh ceritanya..

(Warning!: 200% band ini fiksi belaka!)

Read More......

Epilog Dua : Obstetrovarium

Obstetrovarium

Tak dapat dibayangkan dunia tanpa Obstetri dan ovarium? Dua term yang saling berasosiasi satu sama lain itu memang mau tidak mau harus ada pada masa pra kehidupan profan. Dua hal tersebut pula yang sering dilupakan setelah manusia bergumul dengan kefanaan. Dua duanya menjadi semacam transposisi mahluk hidup pada bentangan irasionalitas menuju rasionalitas, sebelum akhirnya kembali pada irasionalitas.


Obstetrovarium,fusi dari kedua term tersebut tiada bermaksud menimbulkan pengertian baru. Namun lebih sebagai perlambangan yang mencerminkan proses kelahiran sesuatu. Proses dari tiada menjadi ada.  Proses dari tidak kreatif menjadi semakin tidak kreatif dan proses dari amatir menjadi partikelir.


Pada akhirnya memang diakui, penamaan, selain sebagai salah satu penanda,  sangat bergantung pada sisi menarik atau tidaknya (?). Dan Obstetrovarium cukup mewakili keduanya.

Obstetrovarium adalah album premiere dari Cadaver.Corp  yang berisikan 7 track (bisa di download disini... gratis kok) yang tidak jelas mengusung musik jenis apa karena sebagian pendengarnya bilang tidak bisa dikategorikan sebagai musik. Yang jelas, pada proses pembuatannya memang tiada satupun musisi berkecimpung  didalamnya. Walhasil, cuma sekadar bunyi bunyian saja yang terlahir dari obstetrovarium. Bunyi bunyian yang tidak mengenal tanda kromatis, tak paham skala skala diminish or arpeggio, tak tahu cara baca toge toge di partiture, birama dan segala macamnya.  Padahal, bisa jadi toge toge tadi menambah kesuburan obstetrovarium. Siapa tau? :D

Read More......

27 Nov 2006

Listrik dicabut

Kampang. Sesudah akses telepon di stop, sekarang giliran listrik rumah gw dicabut. Shit! Pelayanan Publik macem apa sebenernya yang diberikan oleh institusi di negara ini. Ketika kita 'hanya' melakukan sedikit pelanggaran, hukuman yang setimpal sudah menunggu. Sungguh sebuah keadilan yang menjengkelkan.

Read More......