Sepulang dari tahlilan nujuh hari, kita mampir dulu di tempat biasa. Yos yang bawa gitar langsung berlatih sunburst by andrew york dan Tango en skai by Rolland Dyens punya.
Nyanyian biasa di malam biasa.. bersama Udin si performer, bernyanyi lagu lagu jaseng coba mengobati malam atas kegagalan plan "Malam Sidak!".
Kami bakar rokok masing masing tak lupa segelas kopi. Dus, sepanjang malam cuma tertawa. Tak ada monolog yang bersliweran dikepala. Yang ada, kami repot menerjemahkan tutur kosakata ganjil si performer.
Sesekali kami tutup mulut bila ada truk pengangkut ikan yang lewat, debu bercampur amis kerap kali mengebas ke arah kami. Maklum jalan itu jalan pesisir, jalan tidak mati di angka duabelas, Mbok mbok penjual ikan malah keluar setelah Cinderella menanggalkan satu sepatu kacanya.
Kami ini orang biasa. Biasa bernyanyi di malam biasa. Obrolan pun mengalir apa adanya, tak ada tendensi filosofis, apalagi debat kusir determinisme vis a vis kehendak bebas. Masa bodoh soal resesi ekonomi dunia karena kami cuma statistik, angka angka statis dalam map coklat orang orang pemerintahan.
Yang terpenting malam itu kami minum kopi membakar rokok, seperti di malam malam biasa lainnya.